Berita Terkini, Terpercaya, dan Tanpa Batas Dalam Era Digitalisasi
Indeks

Imam Besar FBR: Pentingnya Kepemimpinan Ulama Betawi dalam MUI DKI Jakarta

Imam Besar FBR Dorong Penunjukan Ulama Betawi sebagai Ketua MUI Provinsi DKI Jakarta

KOMPASPOPULARNEWS – Perhelatan Musyawarah Daerah (Musda) ke-10 Majelis Ulama Indonesia (MUI) Provinsi DKI Jakarta akan digelar pada hari Selasa-Rabu, 4-5 Desember 2023 di Hotel Grand Cempaka Cipayung Bogor Jawa Barat.

Menanggapi hal tersebut, Imam Besar Forum Betawi Rempug (FBR) Kyai Lutfi Hakim yang dihubungi lewat telepon, mengatakan bahwa Ketua MUI Provinsi DKI Jakarta wajib dipegang oleh Ulama Betawi.

Kyai Lutfi, yang juga Wakil Ketua PWNU Jakarta beralasan bahwa sejak awal berdirinya pada tahun 1975, Ketua MUI Propinsi DKI Jakarta selalu dipimpin oleh ulama Betawi. Sekalipun beberapa kali pernah dipimpin oleh bukan ulama Betawi, namun tidak melalui mekanisme Musda dan hanya melanjutkan periode pemimpin sebelumnya, yaitu Pergantian Antar Waktu.

Kepemimpinan MUI DKI Jakarta pertama (1975-1980) adalah KH. Abdullah Syafe’i, pendiri perguruan Islam Assyafi’iyyah Jakarta selama dua periode. Dilanjutkan oleh KH. Achmad Mursyidi (1985-1990), pendiri Perguruan Islam Al-Falah Kelender Jakarta Timur.

Dipertengahan jalan, KH. Achmad Mursyidi mengundurkan diri dengan alasan kesibukan diri dan tongkat estafet antar waktu diserahkan kepada KH. Syafi’i Hadzami (1987-1990), pendiri Perguruan Islam Al-Asyirotussyafi’iyyah Jakarta Selatan.

KH. Syafi’i Hadzami dipercaya kembali untuk memimpin dua periode selanjutnya, yaitu periode keempat (1990-1995) dan periode kelima (1995-2000).

Pada periode keenam (2000-2005), KH. Achmad Mursyidi kembali memimpin setelah terpilih di Musda. Pada tanggal 9 April 2003, KH. Achmad Mursyidi mangkat, digantikan oleh KH. Achmad Syatibi (2003).

Belum setahun menjabat, KH. Achmad Syatibi mangkat, digantikan oleh KH. Mansyuri Syahid sampai diselenggarakan Musda selanjutnya.

Dalam Musda tahun 2005, KH. Munzir Tamam, adik KH. Achmad Mursyidi ditetapkan sebagai Ketua Umum MUI DKI Jakarta periode 2005-2010.

Namun KH. Munzir Tamam tidak bisa menyelesaikan periode selanjutnya (2010-2015), karena terjadi konflik internal di tubuh MUI Jakarta, yang pada akhirnya menyebabkan MUI Pusat turun tangan untuk mengadakan Musda yang dipercepat.

 

Baca juga: Imam Besar FBR: Kami akan Bergerak Jika Budaya Betawi Diabaikan dalam RUU DKI

 

Ulama kharismatik Betawi lainnya kembali dipercaya memimpin MUI Jakarta (2013-2018), yaitu KH. Syarifudin Abdul Ghani. Kemudian, periode 2018-2023, KH. Munahar Mukhtar ditetapkan sebagai pimpinan selanjutnya.

 

Baca juga: Gemilangnya Keindahan Berkebaya: Imam Besar FBR Mengapresiasi Acara Istana Berkebaya di Depan Istana Merdeka!

 

Dengan demikian, menurut Kyai Lutfi tidaklah berlebihan bila dikatakan bahwa sudah seharusnya ulama Betawi dipercaya kembali memimpin MUI Jakarta. Mengingat sejarah panjang perjalanannya yang tidak bisa dilepaskan dari ulama-ulama Betawi.

“Apalagi sekarang ini, di mana Jakarta telah ditetapkan sebagai bukan lagi Ibukota Negara, maka tidak elok jika ulama yang bukan asli Betawi dipaksakan menjadi Ketua Umum MUI Jakarta,” pungkasnya.[kpn/red]

jasa-pembuatan-google-maps-bisnis-perbaikan-disuspen-solusinya
Whats-App-Image-2023-08-05-at-12-42-02

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *