Mengatasi Krisis Regenerasi Petani Demi Swasembada Pangan 2028
KOMPASPOPULARNEWS.COM : Indonesia menghadapi tantangan serius dalam regenerasi petani, sebuah masalah yang mengancam sektor pertanian dan ketahanan pangan nasional. Krisis ini memperburuk upaya mencapai swasembada pangan pada 2028, terlebih di tengah ancaman krisis pangan global.
Masalah Regenerasi Petani
Rata-rata usia petani Indonesia kini mendekati 50 tahun, sementara minat generasi muda terhadap sektor pertanian terus menurun. Rendahnya pendapatan, minimnya akses teknologi, dan terbatasnya dukungan infrastruktur membuat profesi ini kurang diminati. Tanpa regenerasi, sektor pertanian berisiko kehilangan inovasi dan produktivitas, memperlemah ketahanan pangan nasional.
Mengko Pangan Zulhas : ” Petani Harus Bangkit !!”
Dampak pada Sektor Pangan
Beberapa konsekuensi krisis regenerasi petani meliputi:
- Penurunan Produktivitas: Usia tua sering kali berhubungan dengan metode tradisional yang kurang efisien.
- Konversi Lahan Pertanian: Kurangnya petani muda mempercepat alih fungsi lahan.
- Ketergantungan Impor: Produksi domestik yang menurun akan meningkatkan kebutuhan impor.
Strategi Solusi
Untuk mengatasi masalah ini, beberapa langkah strategis dapat diambil:
- Pendidikan dan Pelatihan: Program berbasis teknologi pertanian modern untuk generasi muda.
- Insentif Petani Muda: Pemberian akses modal, lahan, dan dukungan finansial.
- Digitalisasi Pertanian: Penerapan teknologi seperti smart farming dan IoT untuk efisiensi.
- Promosi Profesi Pertanian: Kampanye untuk menjadikan pertanian sebagai pilihan karir yang menjanjikan.
- Kemitraan Strategis: Kolaborasi pemerintah dengan agribisnis untuk menciptakan peluang bagi generasi muda.
Baca Juga : Menko Bidang Pangan Membawahi Apa saja ?
Swasembada Pangan 2028: Misi Bersama
Mengatasi krisis regenerasi petani adalah kunci menghadapi darurat pangan dan mewujudkan swasembada pangan 2028. Dengan upaya bersama dari pemerintah, masyarakat, dan generasi muda, sektor pertanian Indonesia dapat menjadi lebih modern, produktif, dan berkelanjutan, memperkuat ketahanan pangan di tengah tantangan global. ( Esa – Tim dr.Lu ).