KOMPASPOPULARNEWS – Kegiatan Muhibah Budaya Badan Musyawarah atau Bamus Betawi 1982 ke Majelis Adat Melayu Riau Tahun 2023 bukan hanya menjadi ajang silaturahim antara pengurus organisasi kemasyarakatan yang berbasis pada budaya seperti halnya Bamus Betawi 1982, namun memiliki banyak manfaat khususnya bagi kedua daerah yaitu Provinsi Riau dan Provinsi Jakarta. Bahkan juga berdampak positif bagi seluruh masyarakat Indonesia.
Imam Besar Forum Betawi Rempug (FBR) sekaligus Sekretaris Majelis Adat Bamus Betawi 1982, KH. Lutfi Hakim menjelaskan hal tersebut dalam kunjungannya bersama rombongan ke Kota Pekanbaru, Provinsi Riau dalam rangka Muhibah Budaya 2023.
Bagi Kyai Lutfi, sapaan beliau, Muhibah Budaya memiliki peranan yang amat besar bagi suku-suku yang ada di Indonesia, bukan hanya bagi Suku Betawi atau Suku Melayu, atau bukan hanya kebudayaan keduanya, namun bagi seluruh kebudayaan yang ada di Nusantara.
“Muhibah Budaya antara Bamus Betawi 1982 dan Lembaga Adat Melayu Riau tidak hanya bermanfaat bagi suku Betawi dan Melayu, melainkan juga mampu menginspirasi semangat pengorbanan kita terhadap Bangsa dan Negara Indonesia. Lebih dari sekadar mengenalkan kesamaan keduanya, spirit kebudayaan di sini mampu menjadikan semangat kebangsaan kita semakin kuat dan bersatu. Apalagi semangat yang kita bangun ini bersamaan dengan momentum berkumpulnya para pemuda lintas suku dan budaya, untuk menghimpun kekuatan berdasarkan perbedaan Suku dan Budaya, yaitu Sumpah Pemuda pada Oktober Tahun 1928.” Jelas Kyai Lutfi.
Bagi Kyai Lutfi, Negara Indonesia bisa besar karena penghargaan yang tinggi masyarakatnya terhadap budaya leluhur. “Indonesia merdeka karena model perjuangannya berganti dari yang sporadis, cenderung sendiri-sendiri, menjadi perjuangan yang didasari dengan semangat kebersamaan dan kebangsaan, tidak menolak perbedaan, menghargai entitas masing-masing, sehingga masyarakat kita ketika itu mampu berjuang bersama-sama melawan penjajah.
“Nah, saat ini setelah sekian puluh tahun kita merdeka, tidak ada yang bisa kita lakukan sebagai negara yang besar kecuali kembali kepada falsafah negara, yaitu Pancasila dan juga tentunya Bhineka Tunggal Ika, tentang bagaimana menghormati perbedaan dan menjadikannya sebagai energi positif dalam membangun Bangsa”. Pungkas Kyai Lutfi.[kpn/red]